• FOLDER MEDIA PENYULUHAN TENTANG UMB

    0





     Assalamualikum wr wb sobat semut ungu
    Kembali lagi dengan saya Inne Moella kali ini saya akan membagikan tugas saya yaitu folder mengenai Urea Molases Block.






     Terimakasih atas kunjungan sobat sobat. Jangan bosan bosan yaaah


  • POSTER MEDIA PENYULUHAN

    0

    Hai sobat Semut Ungu. Balik lagi sama saya Inne Kumala. Kali ini saya memposting poster berkaitan dengan teknologi Hi-fer. Btw kalian tau gak sih apa itu teknologi HIFER? “Hi-fer+” adalah hijauan fermentasi unggul dalam kemasan komersial, menggunakan probiotik dan komplemen pakan, sehingga sangat “palatable” dengan daya simpan yang lama dan mutu tetap prima, mudah diangkut, didistribusikan dan dimanfaatkan oleh peternak. 

    Oke poster di atas adalah poster mengenai teknologi Hifer. Terimakasih telah memantau blog saya.

    Nama : Dewi Inne Kumalasari
    Semester: II A
    No: 12
  • MANFAAT DAN FUNGSI EM4 UNTUK PETERNAKAN

    1


    Pemberian EM-4 Peternakan pada pakan dan minum ternak bukan lagi hal yang rahasia. EM4 secara singkat akan meningkatkan nafsu makan karena aroma asam manis yang ditimbulkan dari kandungannya. EM-4 peternakan terbuat dari bahan alami dan tidak mengandung bahan kimia sehingga aman bagi ternak maupun bagi kita.

    Berikut ini kegunaan dan manfaat EM-4 Peternakan
    1.      Menyeimbangkan mikroorganisme yang menguntungkan dalam perut ternak.
    2.      Memperbaiki dan Meningkatkan kesehatan ternak.
    3.      Meningkatkan mutu daging ternak.
    4.      Mengurangi tingkat kematian bibit ternak.
    5.      Memperbaiki kesuburan ternak.
    6.      Mencegah bau tidak sedap pada kandang ternak
    7.      Mengurangi stress pada ternak
    8.      Mencegah bau tidak sedap pada kandang ternak an kotoran ternak. 


    Petunjuk Teknis Penggunaannya :
    1. Air Minum
    Campurkan larutan EM4 sebanyak 1-2 cc ke dalam 1-1,5 liter air, diberikan setiap hari.
    2. Pakan
    - Larutkan Em4 sebanyak 1- 2 cc per 1 – 1,5 liter air, lalu semprotkan pada pakan ternak yang akan diberikan.
    * Untuk unggas, penggunaan EM-Bokashi pakan dapat dicampurkan dengan dedak, konsentrat dan jagung dengan perbandingan 10 bagian. EM Bokashi + 10 bagian dedak + 2 bagian konsentrat + 2 bagian jagung.
    3. Kebersihan Sanitasi 
    - Casmpurkan larutan EM4 dan molase / gula dengan air, dengan perbandingan 1 : 1 : 100. kemudian di diamkan selama 2 (dua) hari agar terjadi proses fermentasi.
    - Semprotkan larutan tersebut pada kandang ternak dengan dosis 1 – 2 liter per meter persegi luasan kandang.
    - Penggunaan larutan EM4 yang telah di fermentasi dengan molase/ gula tidak boleh lebih dari 3 (tiga) bulan.
     4. Alas Tidur
    Untuk menekan bau dari becek pada alas kandang, tebarkan EM-Bikashi serbuk gergaji pada alas kandang ternak dengan dosis 50 – 100 gr/ m2. 
    5. Limbah Ternak
    Campurkan larutan EM4 dan molase / gula dengan air, dengan perbandingan 1 : 1 : 100, kemudian didiamkan selama 2 hari agar terjadi proses fermentasi.
    - Larutan tersebut dapat di semprotkan pada limbah ternak dengan kapasitas limbah 1 ton.
    Limbah yang telah difermentasi tersebut untuk selanjutnya dpat digunakan sebagai bahan organic bermanfaat untuk pertanian sebagai pupuk organic maupun pakan ternak.


    Perhatian :
    ·         Jangan mencampurkan dan / mengaplikasikan penggunaan larutan EM4 dengan bahan-bahan kimia seperti Urea maupun pestisida kimia.
    ·         Dianjurkan air yang digunakan untuk campuran EM4 adalah air tanah / sumur
     download file disini

    Rinati,Dwi.2017.KENALI MANFAAT DAN FUNGSI EM4 DALAM PETERNAKAN.https://kandangayam-petelur.blogspot.com/2016/09/kenali-manfaat-dan-fungsi-em4-untuk.html.diakses pada 2 oktober.
  • TERNAK SAPI PERAH

    0




     
    Seperti yang kita ketehaui meningkatnya kebutuhan protein hewani tentunya membuka prospek industri peternakan di Indonesia. Salah satunya sektor ternak sapi perah sebagai penghasil susu utama merupakan salah satu peluang usaha di bidang peternakan yang sangat potensial.
    Sebagai informasi, Hewan Sapi menghasilkan kurang lebih 50% (45-55%) kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari famili Bovidae. seperti halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus), kerbau Afrika (Syncherus), dan anoa.
    Domestikasi sapi mulai dilakukan kurang lebih 400 tahun SM. Sapi diperkirakan berasal dari Asia Tengah, kemudian menyebar ke Eropa, Afrika dan seluruh wilayah Asia. Menjelang akhir abad ke-19, sapi Ongole dari India dimasukkan ke pulau Sumba dan sejak saat itu pulau tersebut dijadikan tempat perkembang biakan sapi perah sapi Ongole murni.
    Pada tahun 1957 telah dilakukan perbaikan mutu genetik sapi Madura dengan jalan menyilangkannya dengan sapi Red Deen. Persilangan lain yaitu antara sapi lokal (peranakan Ongole) dengan sapi perah Frisian Holstein di Grati guna diperoleh sapi perah tipe baru yang sesuai dengan iklim dan kondisi di Indonesia.

    Sentra peternakan sapi di dunia ada di negara Eropa (Skotlandia, Inggris, Denmark, Perancis, Switzerland, Belanda), Italia, Amerika, Australia, Afrika dan Asia (India dan Pakistan). Sapi Friesian Holstein umpama, populer dengan produksi susunya yang tinggi (+ 6350 kg/th), dengan persentase lemak susu kurang lebih 3-7%.
    Tetapi demikian sapi-sapi perah tersebut ada yang sanggup berproduksi sampai mencapai 25.000 kg susu/tahun, apabila menggunakan bibit unggul serta diberi pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak, lingkungan yang mendukung dan menerapkan budidaya dengan manajemen yang baik. Untuk saat ini produksi susu di dunia mencapai 385 juta m2/ton/th, terutama pada zone yang beriklim sedang. Produksi susu sapi di PSPB tetap tak lebih dari 10 liter/hari dan jauh dari standar normalnya 12 liter/hari (rata-ratanya hanya 5-8 liter/hari).
    Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia ada dua, yaitu (1) kelompok yang berasal dari sapi Zebu (Bos indicus) atau sering yang kita kenal sapi berpunuk, yang berasal dan tersebar di daerah tropis dan (2) kelompok dari Bos primigenius, yang tersebar di daerah sub tropis alias lebih dikenal dengan Bos Taurus.
    Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara saat ini adalah sapi Shorhorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda), Yersey (dari selat Channel antara Inggris dan Perancis), Brown Swiss (dari Switzerland), Red Danish (dari Denmark) dan Droughtmaster (dari Australia). Hasil survei di PSPB Cibinong menunjukkan bahwa tipe sapi perah yang paling tepat dan menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia adalah Frisien Holstein.
    Peternakan sapi menghasilkan daging sebagai sumber protein, susu, kulit yang dimanfaatkan untuk industri dan pupuk kandang sebagai salah satu sumber organik lahan pertanian.

    Persyaratan Budidaya Ternak Sapi Perah Agar Sukses
    Lokasi yang ideal untuk membangun kandang merupakan daerah yang letaknya lumayan jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang Sapi perah wajib terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus bisa menembus pelataran kandang dan dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya bisa anda buat dengan cara berkelompok di tengah sawah atau ladang.

    1. Sarana dan Peralatan Sapi Perah

    Kandang sapi perah bisa anda buat dalam bentuk ganda ataupun tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang telah anda miliki. Pada kandang sapi perah jenis tunggal, penempatan sapi dibuat pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dibuat pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibangun jalur untuk jalan.

    Pembuatan kandang sapi untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Tetapi, apabila penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus dibuat lebih luas dan lebih besar jadi bisa untuk menampung jumlah sapi yang lebih banyak. Lantai kandang diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya beberapa penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami keringdengan tujuan agar alas kandang yang menjadi hangat.
    Seluruh bagian kandang dan peralatan yang sudah digunakan diharuskan disuci terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahan-bahan lainnya. Ukuran kandang yang dibangun untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5×2 m alias 2,5×2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8×2 m dan untuk anak sapi lumayan 1,5×1 m per ekor, setinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur pada kandang kurang lebih kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan bisa anda buat pada dataran rendah (100-500 m) sampai dataran tinggi (> 500 m).


    Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah betina dewasa adalah:

    • Produksi susu tinggi,
    • Umur 3,5-4,5 tahun dan telah sempat beranak,
    • Berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai keturunan produksi susu tinggi,
    • Bentuk tubuhnya seperti baji,
    • Matanya bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki belakang lumayan lebar dan kaki kuat,ambing lumayan besar, pertautan pada tubuh lumayan baik, apabila diraba lunak, kulit halus, vena susu tak sedikit, panjang dan berkelok-kelok, puting susu tak lebih dari 4, terletak dalam sisi empat yang simetris dan tak terlalu pendek,
    • tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan  tiap tahun beranak.

    Sementara calon induk yang baik antara lain:

    • Berasal dari induk yang menghasilkan air susu tinggi,
    • Kepala dan leher sedikit panjang, pundak tajam, badan lumayan panjang, punggung dan pinggul rata, dada dalam dan pinggul lebar,
    • Jarak antara kedua kaki belakang dan kedua kaki depan lumayan lebar,
    • Pertumbuhan ambing dan puting baik,
    • jumlah puting kurang dari 4 dan letaknya simetris, dan sehat dan tak cacat.

    Untuk Pejantan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

    • Umur kurang lebih 4-5 tahun,
    • Mempunyai kesuburan tinggi, 
    • Daya menurunkan sifat produksi yang tinggi terhadap anak-anaknya,
    • Berasal dari induk dan pejantan yang baik
    • Besar badannya sesuai dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat-sifat pejantan yang baik,
    • Kepala lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat,muka sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar,paha rata dan cukup terpisah
    • Dada lebar dan jarak antara tulang rusuknya lumayan lebar,badan panjang, dada dalam, lingkar dada dan lingkar perut besar, dan sehat, 
    • Terhindar dari penyakit menular dan tak menurunkan cacat pada keturunannya.

    Prosedur:
    • Pemilihan Bibit dan Calon Induk
    • Untuk mengejar produktivitas ternak yang tinggi, diperlukan pembetulan lingkungan hidup dan peningkatan mutu genetik ternak yang bersangkutan. 
    • Bibit yang baru datang harus dikarantina terlebih dahulu untuk penularan penyakit. Kemudian bibit diberi minum air yang dicampur garam dapur, ditempatkan dalam kandang yang bersih dan ditimbang dan dicatat penampilannya.

    Seluruh sapi perah dara yang belum menunjukkan tanda-tanda birahi atau belum bunting setelah sebuah periode tertentu, wajib disisihkan. Apabila sapi yang disisihkan tersebut telah menghasilkan susu, sapi diseleksi kembali berdasarkan produksi susunya, kecenderungan terkena radang ambing dan temperamennya.

    Sistim Perkembangbiakan
    Sapi perah dara dikawinkan dengan pejantan pedaging untuk mengurangi risiko kesusahan lahir dan baru setelah menghasilkan anak satu dikawinkan dengan pejantan sapi perah opsi. Bibit harus diberi peluang untuk bergerak aktif paling tak 2 jam setiap hari.


    Sanitasi dan Perbuatan Preventif
    Pada Pemeliharaan sapi perah secara intensif,  sapi-sapi dikandangkan dengan tujuan peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan dengan cara ekstensif pengawasannya susah dilakukan sebab sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas. Sapi perah yang dipelihara dalam naungan (ruangan) mempunyai konsepsi produksi yang lebih tinggi yakni bisa mencapai (19%) dan produksi susunya 11% lebih banyak daripada tanpa naungan. Bibit sapi yang sakit segera diobati dan bibit yang menjelang beranak dipisah selama kurang lebihb1-2 bulan.

    Perawatan Ternak Sapi Yang Benar
    Hewan ternak dimandikan 2 hari sekali. Seluruh sapi induk dimandikan setiap hari seusai kandang dibersihkan dan sebelum pemerahan susu. Kandang harus dibersihkan setiap hari, kotoran kandang ditempatkan pada penampungan khusus jadi bisa diolah menjadi pupuk. Seusai kandang dibersihkan, sebaiknya lantainya diberi tilam sebagai alas lantai yang umumnya terbuat dari jerami atau sisa-sisa pakan hijauan (seminggu sekali tilam tersebut harus dibongkar). Penimbangan dilakukan sejak sapi pedet sampai usia dewasa. Sapi pedet ditimbang seminggu sekali sementara sapi dewasa ditimbang setiap bulan alias 3 bulan sekali. Sapi yang baru disapih ditimbang sebulan sekali. Sapi dewasa bisa ditimbang dengan melakukan taksiran pengukuran berdasarkan lingkar dan lebar dada, panjang badan dan tinggi pundak.
    Pemberian pakan pada sapi bisa dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
    1. Sistem penggembalaan (pasture fattening)
    2. Kereman (dry lot fattening)
    3. Kombinasi cara pertama dan kedua.

    Pakan sapi yang baik adan dua jenis yakni pakan hijauan dan pakan konsentrat. Pakan Hijauan pada sapi bisa berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja. Pakan hijauan diberikan pada siang hari setelah proses pemerahan sekurang-kurangnya 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa umumnya diberi sekurang-kurangnya 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan kurang lebih  1-2% dari BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan tipe kacang-kacangan (legum).

    Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa dan mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah setidaknya kurang lebih 1-2 kg/ekor/hari. Tidak hanya makanan, sapi juga harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan per hari.

    Pemeliharaan mutlak adalah pemberian pakan yang cukup dan bernilai, dan menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan dengan cara kereman dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan berfungsi pula untuk memberi peluang bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya.
    Kotoran ditimbun di tempat lain supaya mengalami proses fermentasi (+1-2minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang telah matang dan baik. Kandang sapi tak boleh tertutup rapat (agak terbuka) supaya sirkulasi udara didalamnya berlangsung lancar. Air minum yang bersih juga harus ada setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi tetap di bawah atap. Tempat pakan dibangun agak lebih tinggi supaya pakan yang diberikan tak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.

    Penyakit antraks
    • Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melewati kontak langsung, makanan/minuman alias pernafasan.

    Gejala:
    • Demam tinggi, badan lemah dan gemetar;
    • Mengalami gangguan pernafasan;
    • Terjadi pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul; kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melewati hidung, telinga, mulut, anus dan vagina;
    • Biasanya kotoran sapi yang terkena penyakit ternak adalah cair dan sering bercampur darah;
    • Limpa bengkak dan berwarna kehitaman.

    Pengendalian: 
    • Vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi dan mengubur/membakar sapi yang mati.

    Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)
    Penyebab: 
    • virus ini menular melewati kontak langsung melewati air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.

    Gejala:
    • Rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh dan terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening;
    • Demam alias panas, suhu badan menurun drastis;
    • Nafsu makan menurun bahkan tak mau makan sama sekali;
    • Air liur keluar berlebihan.

    Pengendalian
    • vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati dengan cara terpisah.

    Penyakit ngorok/mendekur alias penyakit Septichaema epizootica (SE)
    Penyebab: 
    • Bakteri Pasturella multocida. Penularannya melewati makanan dan minuman yang tercemar bakteri.

    Gejala:
    • Kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan;
    • Leher, anus, dan vulva membengkak;
    • Paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua;
    • Demam dan susah bernafas jadi mirip orang yang ngorok. Dalam kondisi sangat parah, sapi bakal mati dalam waktu antara 12-36 jam.

    Pengendalian: 
    • vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.

    Penyakit radang kuku alias kuku basi (foot rot)
    • Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.

    Gejala:
    • Mula-mula kurang lebih lubang kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh;
    • Kulit kuku mengelupas;
    • Tumbuh benjolan yang memunculkan rasa sakit;
    • Sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.

    Pencegahan 

    Upaya pencegahan dan pengobatannya dilakukan dengan memotong kuku dan merendam bagian yang sakit dalam larutan refanol selama kurang lebih 30 menit yang dan dilakukan seminggu sekali dan menempatkan sapi dalam kandang yang bersih dan kering.

    file bisa didownload disini

    Umar,Sunadi. 2017.Cara Beternak Sapi Perah Secara Intensif. http://www.ternakpertama.com/2016/07/cara-beternak-sapi-perah.html. diakses pada 8 Oktober 2017.
  • Copyright © - SEMUT UNGU

    SEMUT UNGU - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan